Catatan Perjalanan
Para pembaca yang budiman, kali ini kita ketemu lagi dengan laporan perjalanan saya menuju perbatasan Indonesia-Timor Leste bersama rombongan Solidaritas Pemuda NTT untuk Mewujudkan Perbatasan NKRI yang Aman, Sejahtera dan Damai, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke 84 bersama pemuda perbatasan di Oepoli kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang.
Dengan dua truk Dalmas milik Polres Kupang, rombongan yang jumlahnya kurang lebih 45 orang bergerak dari titik kumpul di kantor CIS Timor, menuju Oepoli pada hari Jumat, 26 Oktober 2012, pukul 09.00 Wita.
Pukul 12.00 Wita, rombongan beristrahat di pinggir pantai di wilayah Kecamatan Fatuleu Barat untuk makan siang. Debu beterbangan dimana-mana karena kondisi jalan yang belum di aspal. Kami makan siang dengan lontong dan tempe goreng plus mi kering. Sekalipun berdebu, tapi rombongan tetap bersemangat dan lahap dalam menghabiskan makan siang.
Setelah makan siang, kami terus bergerak menuju Oepoli. Kami tiba di Oepoli sudah pukul 22.00 wita, dan kami disambut oleh masyarakat Oepoli di Gereja GMIT jemaat Hosana, yang sudah menunggu sejak pagi. Pada kesempatan itu hadir juga anggota tentara dan polisi yang bertugas di Pos Perbatasan Oepoli. Setelah rombongan beristrahat sejenak dan makan sirih, selanjutnya rombongan dipersilahkan untuk makan malam. Selesai makan malam, rombongan diinapkan di SD GMIT Taloi, Desa Netemnanu Selatan.
27 Oktober 2012
Sekalipun masih kecapaian karena perjalan darat yang sangat melelahkan, tapi hari ini kami tetap harus bangun pagi karena ada beberapa agenda kegiatan yang harus kami lakukan hari ini. Setelah mandi dan membersihkan diri, kami menuju Gereja GMIT jemaat Hosana untuk sarapan. Selesai sarapan, rombongan menuju ke dalam gereja untuk memulai kegiatan pembukaan perayaan Sumpah Pemuda yang ke 84.
Kegiatan dimulai dengan laporan ketua panitia pelasakana kegiatan; Simon, dimana dalam laporannya ketua panitia mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan di Oepoli sebagai wujud solidaritas pemuda NTT kepada pemuda dan masyarakat di Perbatasan Oepoli yang selama ini di anggap kurang mendapat perhatian dalam pembangunan fisik. Hal ini terlihat antara lain dengan buruknya kondisi jalan raya dari kupang menuju Oepoli. Selain itu Simon mengharapkan perhatian dari semua pihak untuk memperhatikan wilayah ini sebagai bagian dari NKRI.
Sementara itu, Ketua KNPI Kabupaten Kupang sekaligus koordinator rombongan; Ren Dano dalam sambutannya mengatakan bahwa Alasan memilih Oepoi sebagai tempat pelaksanaan kegiatan sumpah Pemuda ke 84 ini adalah untuk menunjukan kepada kita semua bahwa Oepoli adalah Beranda terdepan NKRI yang harus mendapat perhatian, sekaligus untuk menumbuhkembangkan semangat menjaga keutuhan NKRI.
Lebih lanjut Ren Dano mengatakan bahwa pemuda dimanapun di Indonesia memiliki hak untuk merayakan Sumpah Pemuda, termasuk Pemuda di Perbatasan Oepoli. Diharapkan dengan momentum Sumpah Pemuda ini dapat mendorong kita untuk bekerja keras dalam mebangun bangsa Indonesia.
Bapak Thom Kameo yang mewakili masyarakat Oepoli, dalam sambutannya mengatakan bahwa ; akhir-akhir ini nilai sumpah pemuda sudah mulai pudar. Diharapkan dengan perayaan sumpah pemuda di daerah terpencil ini, dapat membangkitkan kembali semangat pemuda untuk terus bekerja dan berkarya untuk Negara. Kami juga mendorong pemuda untuk mengingat sejarah bahwa di masa lalu Kerajaan Amfoang pernah mengirim utusan untuk mengikuti acara sumpah pemuda di Kupang pada tahun 1928, dengan bukti membawa pulang sebuah bendera merah putih. Kami juga berharap supaya dengan semangat sumpah pemuda ini, kami juga dapat bangkit untuk ikut merasakan hasil pembangunan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Kegiatan ini di buka oleh Kepala Dinas PPO Kabupaten Kupang, Bapak Titus Anin. Dalam sambutannya, Kadis Anin mengatakan bahwa jiwa membangun sangat dibutuhkan oleh pemuda sehingga apa yang sudah dikerjakan tetap terpelihara sehingga tidak mubasir. Kita harus tunjukan bahwa sekalipun di kampung, tetapi kita adalah terdepan bagi Negara Timor Leste, karena kita adalah daerah perbatasan; demikian Anin mengakhiri sambutannya dan membuka kegiatan memperingati hari Sumpah Pemuda ke 84 dengan resmi.
Kegiatan selanjutnya adalah Penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi dan HIV/AIDS kepada siswa SMA dan SMP serta masyarakat oleh BKKBN Kabupaten Kupang, Simulasi pembuatan bio gas oleh Geng Motor Imut dan pengobatan Gratis.
Dalam pengobatan gratis ini, masyarakat terlihat sangat antusias. Tercatat 80 pasien yang dilayani oleh 2 orang dokter yang di bantu oleh 2 orang tenaga perawat dari puskesmas Oepoli. Malamnya dilanjutkan dengan pemutaran film dan pembagian sembako kepada 82 orang masyarakat miskin yang membutuhkan.
28 Oktober 2012
Hari ini adalah hari puncak dari kegiatan sumpah pemuda yang melibatkan berbagai elemen yang tergabung dalam solidaritas Pemuda NTT untuk Mewujudkan Perbatasan NKRI yang Aman, Sejahtera dan Damai; antara lain dari DPD KNPI Prov. NTT; MPW Pemuda Pancasila; BP Pemuda GMIT Sinode; DPD KNPI Kab. Kupang; DPD KNPI Kota Kupang; Bengkel APPeK NTT; CISS Timor; Perkumpulan PIKUL; Geng Motor IMUT; KOMPAK; PMI Cab. Kab. Kupang; KMPA; AMPAFA; HIMARASI dan GMKI Cabang Kupang, dengan melakukan kerja bakti di rumah Pendeta atau Pastori dan memasang 2 buah prasasti depan Gereja GMIT Jemaat Hosana dan di pertigaan Pos Polisi dan Pos SATGAS PAMTAS Bataliyon Infanteri 312/KH Oepoli.
Selanjutnya rombongan bergerak kembali ke Kupang lewat Eban menyusuri pegunungan yang merupakan wilayah terdekat perbatasan NKRI-RDTL. Banyak harapan yang muncul dari masyarakat khususnya warga amfoang tentang perhatian pemerintah kepada masyarakat Amfoang karena akses jalan yang sangat memprihatinkan.
Semoga saja, momentum Sumpah Pemuda dengan pemuda dan masyarakat perbatasan dapat memberikan makna terdalam kepada setiap pengambil kebijakan baik itu di eksekutif maupun legislative sehingga tidak ada diskriminasi dalam pembangunan di NTT.
Beberapa warga yang saya temui serta beberapa peserta dalam rombongan mengatakan bahwa ternyata Amfoang yang ada di Kabupaten Kupang yang merupakan kabupaten terdekat dengan Ibu kota Provinsi NTT sangat tertinggal dalam pembangunan. Akankah masyarakat terus memanen debu di musim panas dan menuai lumpur dan banjir di musim Hujan?
Semoga saja datang pertolongan Tuhan untuk menggerakan hati para pemimpin untuk memperhatikan kondisi Amfoang secara lebih serius.
Merdeka.!!!!!!!!
Komentar